Kamis, 27 Juni 2013

SYI’IR PADANG BULAN (HABIB SYAIKH)



Allohumma sholli wasallim alaa
Sayidinaa wamaulanaa Muhammadin
Adada maa fii’ilmillahi sholatandaaimatan
Bida waami mulkillahi…. 2x
Padang bulan, padange koyo rino, rembulane
          Sing ngawe-awe… 2x
Ngelengake, ojo turu sore… 2x
Kene tak critani, kanggo sebo mengko sore… 2x
Iki dino, ojo lali lungo ngaji takon marang kyai guru
          Kang pinuji…. 2x
Enggal siro, ora gampang kebujuk syetan
Insya Alloh, kitomenang lan kebejan… 2x
Lamun wong tuwo, lamun wong tuwo keliru mimpine
          Ngalamat bakal,
Ngalamat bakal getun mburine….. 2x
Wong tuwo loro, kundur ing ngarso pangeran
Anak putune rame-rame rebutan warisan….. 2x
Wong tuwo loro ing jero kuburan nyandang susah
          Sebab mirsane putera-
Puterine ora ngibadah dho pecah belah… 2x
Kang den arep-arep yoiku turune rahmat
Jebul kang teko-jebul kang nambahi
Jaman kepungkur ora jaman, jaman bututan
          Esuk-esuk rame-rame
Luru ramalan…. 2x
Gambar kucing dikiro gambar macan
Bengi diputer-bengi diputer metu wong edan… 2x

Kurang puas-kurang puas luru lamaran
Wong ora waras-wong ora waras dadi takonan… 2x
Kang ditakoni ngguyu cekakan
Jabul kang takon-jebul kang takon wis ketularan… 2x

Kamis, 28 Maret 2013

bunderan mangga indramayu

bunderan mangga milik dermayu

SUKU GAYO


suku Gayo adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Suku Gayo mendiami tiga kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Gayo Lues. Suku Gayo juga mendiami beberapa desa di Kabupaten Aceh Tenggara , Kabupaten Aceh Tamiang , Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya dan di Kecamatan Serba Jadi di Kabupaten Aceh Timur.

Suku Gayo beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya. Suku Gayo menggunakan bahasa yang disebut bahasa Gayo.

Kepercayaan

Suku Gayo beragama Islam,tetapi masih ada yang percaya terhadap praktek perdukunan.

Mata pencaharian

Mata pencaharian utama adalah bertani dan berkebun dengan hasil utamanya kopi. Mereka juga mengembangkan kerajinan membuat keramik, menganyam, dan menenun. Kerajinan lain yang cukup mendapat perhatian adalah kerajinan membuat sulaman kerawang Gayo, dengan motif yang khas.

Kerajaan Lingga

Kerajaan Lingga atau Linge (dalam bahasa gayo) di tanah Gayo, menurut M. Junus Djamil dalam bukunya "Gajah Putih" yang diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Atjeh pada tahun 1959, Kutaraja, mengatakan bahwa sekitar pada abad ke-11 (Penahunan ini mungkin sangat relatif karena kerajaan Lamuri telah eksis sebelum abad ini, penahunan yang lebih tepat adalah antara abad ke 2-9 M), Kerajaan Lingga didirikan oleh orang-orang Batak Gayo pada era pemerintahan Sultan Machudum Johan Berdaulat Mahmud Syah dari Kerajaan Perlak. Informasi ini diketahui dari keterangan Raja Uyem dan anaknya Raja Ranta yaitu Raja Cik Bebesan dan dari Zainuddin yaitu dari raja-raja Kejurun Bukit yang kedua-duanya pernah berkuasa sebagai raja di era kolonial Belanda.

Raja Lingga I, yang menjadi keturunan langsung Batak, disebutkan mempunyai 6 orang anak. Yang tertua seorang wanita bernama Empu Beru atau Datu Beru, yang lain Sebayak Lingga, Meurah Johan dan Meurah Lingga, Meurah Silu dan Meurah Mege.

Sebayak Lingga kemudian merantau ke tanah Batak leluhurnya tepatnya di Karo dan membuka negeri di sana dia dikenal dengan Raja Lingga Sibayak. Meurah Johan mengembara ke Aceh Besar dan mendirikan kerajaannya yang bernama Lamkrak atau Lam Oeii atau yang dikenal dengan Lamoeri dan Lamuri atau Kesultanan Lamuri atau Lambri. Ini berarti kesultanan Lamuri di atas didirikan oleh Meurah Johan sedangkan Meurah Lingga tinggal di Linge, Gayo, yang selanjutnya menjadi raja Linge turun termurun. Meurah Silu bermigrasi ke daerah Pasai dan menjadi pegawai Kesultanan Daya di Pasai. Kesultanan Daya merupakan kesultanan syiah yang dipimpin orang-orang Persia dan Arab.

Meurah Mege sendiri dikuburkan di Wihni Rayang di Lereng Keramil Paluh di daerah Linge. Sampai sekarang masih terpelihara dan dihormati oleh penduduk.
Penyebab migrasi tidak diketahui. Akan tetapi menurut riwayat dikisahkan bahwa Raja Lingga lebih menyayangi bungsunya Meurah Mege. Sehingga membuat anak-anaknya yang lain lebih memilih untuk mengembara.

DINASTI LINGGA

1. Adi Genali Raja Lingga I di Gayo
Raja Sebayak Lingga di Tanah Karo. Menjadi Raja Karo
Raja Meurah Johan(pendiri Kesultanan Lamuri)
Meurah Silu (pendiri Kesultanan Samudera Pasai), dan


2. Raja Lingga II alias Marah Lingga di Gayo 3. Raja Lingga III-XII di Gayo 4. Raja Lingga XIII menjadi Amir al-Harb Kesultanan Aceh, pada tahun 1533 terbentuklah Kerajaan Johor baru di Malaysia yang dipimpin oleh Sultan Alauddin Mansyur Syah. Raja Lingga XIII diangkat menjadi kabinet di kerajaan baru tersebut. Keturunannya mendirikan Kesultanan Lingga di kepulauan Riau, pulau Lingga, yang kedaulatannya mencakup Riau (Indonesia), Temasek (Singapura) dan sedikit wilayah Malaysia.

Raja-raja di Sebayak Lingga Karo tidak terdokumentasi. Pada era Belanda kembali diangkat raja-rajanya tapi hanya dua era 1. Raja Sendi Sibayak Lingga. (Pilihan Belanda) 2. Raja Kalilong Sibayak Lingga

PENERUS WALI SONGO


Kedekatan saya dengan gus Dur diawali sekitar tahun 1983. Ia sering datang kerumah, dan berbincang-bincang dengan santai dan familiar. Gus Dur berbicara dengan sangat bebas dan terbuka dengan tanpa ada tirai sedikit pun. Itu berjalan hampir kurang lebih tujuh tahun, ketika Gus Dur masih banyak waktu. Namun, saat kesibukannya mulai banyak, ia mulai jarang datang.
Selama pergaulan itu, saya melihat pemikiran dan sikap Gus Dur sama seperti umumnya kiai-kiai pesantren. Gus Dur , kalau menurut ukuran santri, sebenarnya tidak ada yang terlalu nyeleneh, biasa saja.pemikiran-pemikirannya biasa, dan hanya meneruskan tradisi-tradisi yang sudah ada di pesantren.karena Gus Dur memang datang dari latar belakang yang khas (pesantren). akibatnya ketika orang luar pesantren menilai Gus Dur- tanpa memahami dunia pesantren-sering kali jatuh pada kesimpulan nyeleneh. Misalnya, tentang ide pribumisasi Islam. Ide itu sebenarnya sesuai dengan kebiasaan NU yang mewarisi tradisi walisongo. Lalu, pribumisasi Islam ini menjadi ide besar Gus Dur. Inilah yang saya maksud, bahwa pemikiran Gus Dur itu biasa dan memang sudah ada sebelumnya.
Saya paham, karena Gus Dur datang dari pesantren, maka basic pemikirannya pun pasti datang dari tradisi pesantren. bisa dikatakan, Gus Dur itu merupakan cerminan jiwa santri. Namun, karena Gus Dur banyak bergumul dengan literature Barat ketika di Mesir dan di Baghdad, maka beda dengan santri biasa. Sebagaimana dengan yang diakui Gus Dur sendiri, sejak kecil dia sudah biasa mempelajari filsafat, dan ketika berumur 16 tahun, ia sudah khatam membaca Des capital. Jadi pada dasarnya, pemikiran Gus Dur ber-basic pesantren, baru pada tahap pengembangannya menyerap unsur pemikiran Barat.
Dalam hal ini, Gus Dur pernah mengakui, sewaktu ICMI baru akan dibentuk, Nurcholis Madjid mengajaknya masuk kedalam ICMI, tetapi Gus Dur menolak dengan alasan sektarianisme. Dalam obrolan teman-teman ICMI, “kalau Gus Dur tidak masuk ICMI, Gus Dur akan kehilangan basis intelektualnya.”Gus Dur segera menimpali, “sejak kapan ICMI menjadi basis intelektual saya, basis intelektual saya itu di pesantren, kiai pondokan, sekali lagi bukan di ICMI.” Pada kesempatan lain, Gus Dur juga mengakui bahwa “saya ini kiai pesantren”. dari situ jelas bahwa Gus Dur adalah santri yang punya kerangka dan wawasan yang punya kerangka dan wawasan yang bisa mengemas pesantren sesuai selera kontemporer (kontekstual). Nah, begitulah Gus Dur.
Di samping itu, Gus Dur juga sosok yang luar biasa, bukan dalam arti bersetatus wali , tapi lebih pada sikap bijaksana, super. Bagi orang yang menganggap waki, itu terserah. Sebab tergantung siapa yang menilai. Dengan Gus Dur sebagai tokoh agama, banyak orang lantas lebih bersikap husnu al-dhan (prasangka baik)dari pada su’u al-dhan (prasangka buruk) dalam menilai. Dari husnu al-dhan ini, segala macam sikap dan perbuatanGus Dur selalu diterma tanpa berusaha mengkritisinya lebih dulu. Ketika ada yang berusaha melakukan reaksi (kritik), dari tindakan yang dilakukan Gus Dur, ternyata-setelah sya kejar-kejar untuk mendapat jawabannya- reaksi itu hanya sebatas pada tataran teknis aplikatif, yang dianggapnya terlalu sulit, mengawang-awang. Bukan pada aras substansi pemikiran Gus Dur. Malah kalau ada kesempatan berdialog dengan Gus Dur bisa jadi sikap kontra itu berubah menjadi pro, pengikut setia. Lagi-lagi, bukan pada substansi pemikiran, tapi mungkin juga lebih pada kepentingan politik semata.
Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu yang para kiai belum paham setelah mendapatkan penjelasan dari Gus Dur, mereka jadi legowo. Meski begitu banyak pula kiai yang berusaha mengkritik Gus Dur. Kayak Kiai Musthofa Bisri yang kerap melontarkan kritik pada rapat-rapat tertutup PBNU, atau kiai-kiai sepuh dalam obrolan-obrolan terbuka. “anu loh Gus, jalannya jangan cepat-cepat, kami tidak bisa mengikuti,” begitu kritik kiai sepuh. Dikritik begitu, gus Dur menjawab , “secepat-cepatnya saya kan masih muda , kalau pak kiai kan sudah tua.’kritikan-kritikan tersebut sebenarnya tajam , tapi caranya yang beda dan lebih halus. Belum lagi didukung oleh suatu factor, bahwa sesungguhnya para kiai sangat husnu al-dhan terhadap Gus Dur, karena ia cucu dari Hadaratus Syeikh hasyim Asy’ari.
Latar belakang diterimanya pemikiran Gus Dur di kalangan kiai, diantaranya, karena Gus Dur menguasai cabang-cabang ilmu yang ada di Pondok Pesantren, misalnya ilmu alat(nahwu), fiqh, dan tasawuf. Dan juga karena sangkut paut hubungan kiai dan santri dalam pesantren. sampai pada massalah syair-syair, dari syair jahiliyah sampai syair abbasiyah, dari nama penyair sampai isi syairnya , Gus Dur banyak hapal. Saya juga dalam hal syair-syair yang aneh, dari yang sufi sampai yang yang paling jorok kadang hapal. Tapi, kalau ngobrol sam Gus Dur mengenai syair, ada saja syair yang ternyata belum saya ketahui. Mulai dari yang aneh isi dan tulisannya, nyatanya Gus Dur tahu syair-syair yang seperti itu. Ada juga ilmu yang sangat Gus Dur dalami, yaitu fiqih dan tasawuf. Pokoknya bicara apa saja nyambung. Ketika kita ingin mengadu argumentasi atau pemikiran dengan Gus Dur, kita jadi minder duluan. Karena, Gus Dur sering memberokan alasan-alasan yang tak terduga sebelumnya.
Kelemahan Gus Dur selama ini terdapat dalam setiap mengartikulasikan produk pemikiran pada tataran teknis aplikatif. Ia sering tidak memperhitungkan, atau tidak memperdulikan tanggapan orang lain. Masyarakat ngerti atau tidak terhadap pemikiran yang Ia lontarkan, Gus Dur bersikap masa bodoh. Padahal hidup di dunia itu kan tidak sendirian, tidak semestinya Dia seperti itu. Yang terjadi memang, ketika mengajak orang awam untuk maju, kita tersandung oleh kesulitan memahami dan menafsirkan lontaran pemikran Gus Dur. Akhirnya ambivalensi terjadi ketika kita hendak memajukan orang awam. Kalau Gus Dur sendiri jelas sudah maju, tapi lagi-lagi kalau disampaikan kepada Gus Dur, Ia menjawab, “kalau tidak dipaksa-paksa malah tidak maju-maju.”
bersambung...
(tulisan ini merupakan hasil transkrip wawancara saudara Marzuki Wahid dengan alm KH.MA. Fuad Hasyim.../Pengasuh Pon.Pest. Nadwatul Ummah Buntet Pesantren Cirebon).


Kamis, 21 Juni 2012

Desakoe Masih Tetap Tersenyum……!


Desakoe Masih Tetap Tersenyum……![*]
Oleh : Indra Nurul Hayat[†]

Aku merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang kebetulan laki-laki semua, aku lahir bukan ditempat sekarang ini aku berdomisili tetapi aku berhak menetap disini karena ayahku asli orang sini tepatnya Desa/Kelurahan Margadadi Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Provinsi jawa barat Negara Republik Indonesia. Supaya pembaca tidak penasaran juga, akan aku sebutkan tempat lahirku, aku dilahirkan di Dusun Utel Desa Cane Uken Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo lues (dulunya Kabupaten Aceh Tenggara) Provinsi Aceh Negara Republik Indonesia. Kenapa aku lahir di Aceh sedangkan aku sekarang berdomisili di Indramayu ?, karena Ibuku asli orang Aceh dan ayah menikahi ibuku di Aceh, lalu aku lahir disana, begitu juga dengan adiku semua dilahirkan di Aceh, semoga pembaca mengerti.
  Tentang desaku haruslah semua tahu, aku tidak akan menceritakan sejarah desa kelahiranku karena aku terlalu sulit untuk mencari referensi yang kuat. Mungkin aku hanya bisa menceritakan desa dimana tempat aku tinggal sekarang yaitu Desa Margadadi, walaupun Margadadi bukan tempat kelahiranku tetapi aku yakin desa Margadadi masih tetap bisa tersenyum ketika aku menceritakan asalmulanya.
Awalnya aku tak tahu sama sekali tentang desa Margadadi karena bisa dibilang belum terlalu lama aku menetap di Indramayu jika dihitung sampai tahun 2012 sudah 13 tahun aku menetap di Indramayu, itu juga dikurangi 6 tahun aku mencari ilmu dipondok Buntet Pesantren Cirebon, jadi hitungannya baru 7 tahun di Indramayu. Penghitunganku menetap di Indramayu mungkin menurut anda sudah lama tetapi menurutku baru sebentar, justru itu aku masih perlu banyak beradaptasi dengan masyarakat Indramayu. Lanjut cerita, barulah setelah aku sempat bertanya kepada ayahku yang kebetulan tahu tentang Margadadi karena sejak kecil sudah menetap dan lahir di Indramayu, berdasarkan referensi dari ayah mengatakan bahwa margadadi adalah pemekaran dari desa Paoman sekitar tahun 86-an dan di desa Paoman ada Margasari (daerah Randu Gede), karena itu setelah pemekaran diberinama Margadadi yang merupakan Marga berarti warga dan dadi artinya baru jadi. Desa Margadadi kemudian menjadi Kelurahan Margadadi sebagai pusat inti dari Kecamatan Indramayu. Itulah yang dapat aku ketahui tentang asalmula Kelurahan Margadadi tapi aku tidak asal.
Ada yang ketinggalan yang harus aku kasihtahu juga kepada pembaca, Desa/Kelurahan Margadadi terletak di pusat Kota Indramayu yang bertetanggaan langsung dengan Desa/Kelurahan Lemah Abang, Paoman, dan karangsong.   
Jumlah desa di Kecamatan Indramayu ada 18 Desa berdasarkan data sampai tahun 2010 dan dibawah ini nama-nama desa yang terdapat di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat, yaitu :
TAHUN 2008 - 2010
NO.
NAMA DESA
1
TELUKAGUNG
2
PLUMBON
3
DUKUH
4
PEKANDANGAN JAYA
5
SINGARAJA
6
SINGAJAYA
7
PEKANDANGAN
8
BOJONGSARI
9
KEPANDEAN
10
KARANGMALANG
11
KARANGANYAR
12
LEMAHMEKAR
13
LEMAHABANG
14
MARGADADI
15
PAOMAN
16
KARANGSONG
17
PABEANUDIK
18
TAMBAK

"Saya adalah mahasiswa Semester VI Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu. blog ini dibuat sebagai tugas pada mata kuliah Teknologi Informasi & Komputer. semoga blog ini bisa memberikan manfaat dan informasi kepada para pengunjungnya."


[*] tulisan ini dipersembahkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi dan Informatika dalam Ujian Akhir Semester VI Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu
[†] Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu Semester VI Reguler Kelas B.

Jumat, 15 Juni 2012

PANGERAN WIRALODRA I


Nanging banjur Allah nyukani
Karahmatan kang linuwih
Darma Ayu mulih harja
Tan ana sawiji-wiji
Pratelanya yen ana taksana nyebrang
Kali Cimanuk pernahnya
Sumur kejayan dres mili
Delupak murup tanpa patra
Sedaya pan mukti malih
Somahan lawan prajurit
Rowang kalian priyagung
Samya tentrem atinya
Sedaya harja tumuli
Ing sakeling negara pada saharja

Tetapi kemudian Allah memberi
Kerahmatan yang melimpah
Darma Ayu kembali makmur
Tak ada suatu halangan
Tandanya kalau ada ular menyebrangi sungai cimanuk
Sumur kejayaan mengalir dengan derasnya
Lampu menyala tanpa minyak
Semuanya makmur kembali
Manunggal dengan tentara
Bahu-membahu dengan pejabat
Hatinya merasa tentram dan aman
Rakyat hidup makmur
Diseluruh daerah mengalami kemakmuran

( Pangeran Wiralodra I )